-->

Ilmu Sosial Dasar

Ilmu Sosial Dasar
Masyarakat

10 Hasil Budaya Indonesia

 10 HASIL BUDAYA INDONESIA

1. RUMAH JOGLO (Jawa Tengah)


Rumah adat Joglo adalah rumah adat tradisional yang berasal dari Jawa Tengah yang biasanya terbuat dari kayu jati dan memiliki simbol kedaerahan khas Indonesia.

Bentuk atap joglo menyerupai bentuk tajug yang mengacu pada bentuk gunung. Secara etimologis, kata joglo berasal dari dua kata yaitu “tajug” dan “loro” yang artinya penggabungan dari dua tajug.

Bentuk atap seperti gunung ini diyakini memiliki makna yang sakral karena menurut masyarakat jawa, gunung menjadi tempat tinggal para dewa.

Rumah joglo memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri yang membedakan dengan rumah adat lainnya. Dari segi arsitektur, rumah joglo juga memiliki nilai filosofi yang menggambarkan kehidupan masyarakat jawa. Rumah joglo menghadirkan nilai kedaerahan rumah tradisional khas Indonesia, maka tidak heran rumah adat ini sangat populer di Indonesia.

Keunikan dan Filosofi Rumah adat Joglo

Rumah adat joglo memiliki keunikan dan filosofi pada bangunannya sehingga menjadikannya warisan budaya yang harus dijaga.

§  Arsitektur bangunan yang khas

Bangunan rumah joglo memiliki bentuk arsitektur yang khas seperti ruangan di dalamnya dan beberapa fungsi spesifik di setiap bangunannya. Nah, di setiap bangunan mempunyai nilai filosofi yang lekat dengan budaya jawa.

§  Dibangun dengan 4 tiang

Rumah joglo dibangun dengan 4 tiang utama yang disebut saka guru. Saka guru menjadi fondasi utama dalam pembanguan rumah joglo karena menopang seluruh komponen bangunan.

§  Memiliki teras yang luas

Rumah joglo memiliki teras yang luas dan tanpa sekat. Fungsi teras ini yaitu untuk menjalin silaturahmi dengan tetangga dan sarana interaksi sosial dengan masyarakat.

§  Dilengkapi dengan jendela besar dan berjumlah banyak

Rumah joglo memiliki keunikan yang khas yaitu dilengkapi jendela besar dan banyak. Ciri khas ini berasal dari warisan kolonial belanda yang digabung dengan arsitektur jawa. Apabila ditotal jumlah jendela rumah joglo bisa mencapai puluhan.

§  Pintu terletak di tengah

pintu rumah joglo terletak ditengah rumah dan ditambah ciri khas lain yang sangat menonjol bagi rumah adat khas jawa.

Adapun filosofi yang terkandung dari pintu rumah joglo ini yaitu menggambarkan keterbukaan dan keharmonisan antara penghuni rumah dan orang lain.

§  Terdapat pager mangkok

Pagar pada rumah joglo terbuat dari tanaman perdu yang tingginya tidak lebih dari satu meter sehingga mudah untuk berinteraksi dengan tetangga.

§  Mengambarkan status sosial

Rumah joglo menggambarkan status sosial pemiliknya karena biaya pembuatan rumah yang mahal menggunakan kayu jati dan beberapa material lainnya. Tidak heran kalau pemilik rumah joglo yaitu orang dengan status sosial dan ekonomi menengah ke atas.

2.    RUMAH HANOI


Rumah adat Papua Honai memiliki kemiripan dengan jamur yang berukuran besar dan berbentuk bundar. Atap rumah kayu yang berisikan tumpukan jerami atau ilalang tersebut memang sengaja dibentuk menyerupai kerucut. Berbeda dengan tipe rumah lain yang dibangun secara melebar, rumah Honai terkenal akan ruangannya yang sempit dan tidak berjendela. Alasan kenapa didirikan demikian adalah untuk menghalau hawa dingin yang sering melanda daerah Lembah Baliem.   

Keunikan dari rumah Honai yang lain adalah adanya penggolongan berdasarkan jenis kelamin. Jenis pertama dikenal dengan istilah Honai itu sendiri yang mana dihuni oleh kaum pria.  Yang kedua disebut dengan Ebei. Jika Honai dibentuk membundar, Ebei yang dihuni oleh kaum wanita ini justru mempunyai bentuk persegi panjang; menarik bukan? Sedangkan yang terakhir adalah Wamai yang dialihfungsikan sebagai kandang babi.

Rumah Honai pada dasarnya bangunan yang terdiri dari dua lantai. Untuk menuju ke lantai atas, penghuni menggunakan tangga kayu. Di dalam rumah yang dirancang rendah tersebut terdapat sebuah perapian hangat. Kegunaaan dari perapian ini adalah untuk mengatasi masalah iklim dingin yang sering terjadi di lingkungan sekitar.Jika rumah pada umumnya terdapat berbagai macam perabotan seperti meja dan kursi, rumah Honai hanya berisikan jerami, kayu, dan hasil bumi.  

Rumah adat orang Papua yang disebut dengan Honai tersebut ternyata tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal saja akan tetapi sebagai tempat untuk menyimpan hasil ladang seperti ubi manis dan umbi-umbian lain.  Jika pesta bakar batu (tradisi memasak makanan di dalam tumpukan batu panas secara bersama-sama) tiba, penduduk setempat tinggal mengambil cadangan makanan utama mereka di dalam Honai.

3.    WAYANG KULIT

Wayang kulit merupakan salah satu seni pertunjukan yang berasal dari kebudayaan jawa dan sangat terkenal. Hal ini dikarenakan pertunjukan wayang sangat sarat dengan unsur estetika dan pesan moral yang terkandung di dalam setiap pertunjukannya. Ada dua pendapat berbeda yang menjelaskan makna kata wayang, yang pertama berasal dari kata “Ma Hyang” yang berarti roh spiritual, dewa , atau Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan pendapat lainnya berasal dari bahasa jawa yang berarti bayangan. Hal ini dikarenakan, dalam pertunjukan wayang kita hanya melihat bayang bentuk dari wayang kulit yang dimainkan.

Wayang kulit sendiri merupakan kekayaan budaya yang bernilai tinggi karena selain merupakan sebuah seni kriya, pertunjukan wayang kulit mampu menggabungkan berbagai macam kesenian seperti seni sastra, seni musik, dan seni rupa. Seni sastra dari pupuh yang diucapkan oleh dalang , Seni musik dari lantunan berbagai nama alat musik tradisional, dan seni rupa dari visualisasi wayng kulit yang unik dan khas budaya Indonesia.

Sejarah wayang kulit dan Kebudayaan hindu buddha

Sejarah wayang kulit tidak terlepas dari sejarah kesenian wayang secara umum. Bila dilihat dari catatan sejarah, belum ada bukti konkret tentang adanya kebudayaan wayang sebelum abad pertama. Hal ini bertepatan dengan masuknya budaya Hindu dan Budha ke Asia Tenggara. Hipotesis ini semakin diperkuat dengan kenyataan bahwa seni pertunjukan wayang kulit mayoritas mengangkat cerita Ramayana dan Mahabarata. Walaupun itu juga bukan merupakan standard yang bisa mengikat dalang. Karena dalam setiap pertunjukannya dalang boleh saja membuat pertunjukan dari lakon carangan (gubahan).

Wayang kulit di zaman kerajaan

Bukti konkret pertama yang ditemukan membahas mengenai kesenian wayang berbentuk sebuah catatan. Catatan ini mengacu pada sebuah prasasti yang bisa dilacak berasal dari tahun 930. Prasasti tersebut menyebutkan tentang si Galigi mawayang. Galigi yang dimaksud disini adalah seorang dalang dalam pertunjukan wayang kulit. Sesuai dengan isi kitab  “Kakawin Arjunawiwaha” buatan Empu Kanwa, pada tahun 1035. Dideskripsikan bahwa sosok si Galigi adalah seorang yang cepat, dan hanya berjarak satu wayang dari Jagatkarana atau dalang terbesar hanyalah berjarak satu layar dari kita.

Wayang kulit pada zaman kerajaan islam

Tidak asing di telinga kita nama Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu dari tokoh sembilan wali. Beliau bernama asli Joko Said yang lahir pada 1450 M. Wayang kulit yang ada pada saat ini adalah karya inovasi dari Sunan Kalijaga. Wayang Beber Kuno yang menggambarkan wujud manusia secara detail dibuat menjadi lebih samar. Karakter seperti Bagong, Petruk, dan Gareng adalah lakon ciptaan Sunan Kalijaga. Lakon-lakon tersebut dibuat sedemikian rupa agar dapat membawa nafas islam pada pertunjukan wayang kulit yang saat itu masih di dominasi kebudayaan Hindu Budha.

Wayang di dunia Internasional

Hal ini terjadi tepat pada tanggal 7 November 2003, Wayang Kulit dinobatkan sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Wayang kulit juga turut di daftarkan sebagai daftar representatif budaya tak benda warisan manusia oleh UNESCO, sebuah lembaga budaya dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Barulah pada tanggal 21 April 2004 di Paris-Perancis berlangsung upacara penyerahan penghargaannya.

Hal ini tentulah sangat membanggakan, Koichiro Matsuura menyerahkan Piagam Penghargaan Wayang Indonesia kepada Drs. H. Solichin, Ketua Umum SENA WANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia) yang mewakili masyarakat Pewayangan Indonesia. Wayang telah memiliki dampak positif bagi citra bangsa Indonesia di mata dunia. Suatu prestasi budaya yang luar biasa, sekaligus sebagai tantangan apakah kita mampu melestarikan dan mengembangkan wayang bagi semua kepentingan.

4. ANGKLUNG


Angklung merupakan alat musik kesenian tradisional dari Jawa Barat bernada ganda yang dimainkan dengan cara digoyangkan (baca: nama alat musik tradisional ). Alat musik Angklung Indonesia telah mendapat pengakuan resmi dari UNESCO sebagai bagian dari World Heritage pada 19 Januari 2011. Sertifikat pun diserahkan oleh mantan Duta Besar RI untuk UNESCO, Tresna Dermawan Kunaefi kepada Menteri Pendidikan Nasional pada masa itu, yaitu Muhammad Nuh.

Bambu adalah lambang perjuangan. Dahulu bambu runcing untuk melawan penjajah, kini berjuang lewat bambu nyaring,

Angklung. Alat musik tradisional bernada ganda (multitonal) ini warisan budaya Sunda yang dapat menghasilkan nada yang merdu. Dari literatur sirat Babad Sunda, Angklung diceritakan sangat erat kaitannya dengan budaya agraris masyarakat Sunda yang mengandalkan pertanian sebagai penghidupan.

Ketika hendak menanam padi, masyarakat Sunda zaman dahulu memainkan Angklung di tengah sawah yang akan ditanaminya. Ritual memanggil Dewi Padi agar tanamannya tumbuh baik dan menghasilkan panen yang banyak. Angklung berasal dari kata “angka” yang berarti nada dan “lung” yang berarti pecah.

Jadi Angklung merujuk nada yang pecah atau nada yang tidak lengkap. Filosofinya, menurut Karuhun Urang Sunda jaman dahulu,kehidupan manusia diibaratkan seperti tabung angklung. Tabung tersebut mempersonifikasikan manusia, yakni menggambarkan bahwa manusia harus hidup bersosialisasi.


Tak hanya itu, tabung angklung yang tediri dari tabung besar dan kecil mengibaratkan perkembangan manusia. Kedua tabung tersebut mempunyai makna bahwa manusia tahu dan paham akan batasan – batasan dirinya, menciptakan keharmonisasian dalam kehidupan masyarakat.

Angklung dapat dibuat menggunakan 2 jenis bambu, yaitu bambu hitam dan bambu putih. Dari dua varian bambu ini, dapat dibuat menjadi beberapa jenis, yaitu Angklung Dogdog Lojor, Angklung Kanekes, Angklung Badeng, Angklung Gubrag, Angklung Indung, Angklung Panempas, Angklung Enclok, Angklung Ambrug, Angklung Pancer, Angklung Bungko, Angklung Badud, Angklung Ciusul, Angklung Sunda, Angklung Padaeng, dan masih banyak lagi.

5.    KERIS

Senjata tradisional yang erat dengan budaya Jawa ini pernah berjaya pada zamannya. Keris berjasa sebagai alat bela diri sebelum akhirnya dikalahkan oleh teknologi senjata api. Meskipun begitu, sampai kini keris tetap memegang peran penting dalam kehidupan masyarakat Jawa, yaitu sebagai pusaka sakral yang digunakan dalam berbagai upacara adat.

Selain sebagai senjata dan pusaka, keris punya banyak pesan yang ingin disampaikan kepada manusia. Pesan-pesan tersebut terangkum ke dalam lima filosofi, seperti yang kami paparkan di bawah ini

Filosofi Pengerjaan

Keris dibuat oleh seseorang yang disebut empu dengan dibantu oleh beberapa pekerja. Proses pengerjaan ini menunjukkan bahwa manusia harus saling bekerja sama untuk mencapai tujuan hidup.

Mereka juga harus berdoa kepada Tuhan sebelum memulai pengerjaan, yang menunjukkan bahwa manusia harus selalu memohon bantuan Tuhan agar setiap kegiatan dapat berjalan lancar.

Filsofi Bentuk

Keris terdiri atas 2 macam bentuk, yaitu bentuk lurus dan berlekuk. Lekukan pada keris disebut juga luk. Pada keris berlekuk, jumlah luk selalu ganjil. Makna yang dihadirkan dari jumlah ganjil tersebut adalah kondisi batin manusia harus disempurnakan dengan belajar dan beribadah agar hidup menjadi genap.

Filosofi Hubungan Keris dan Sarungnya

Keris disimpan dalam sarung berukuran presisi. Hubungan antara keduanya dapat digambarkan melalui filosofi Manunggaling Kawulo Gusti: yaitu persatuan, keselarasan, dan keharmonisan antara manusia dan Tuhannya maupun rakyat dengan pemimpinnya. Dari sanalah akan tercipta kehidupan yang damai dan sejahtera.

Filosofi Keris Sebagai Benda Pusaka

Keris = simbol kepercayaan.

Keris sebagai benda pusaka juga memiliki filosofi tersendiri. Pada zaman kerajaan di masa lampau, pemberian keris menjadi simbol kepercayaan raja kepada bangsawan keraton. Sang bangsawan harus mampu bersikap baik sebagai bukti bahwa beliau dapat dipercaya. Jika tidak, keris itu dapat diambil kembali oleh sang raja.

Filosofi  Peletakan Keris

Peletakan keris di pinggang.

Keris merupakan simbol kejantanan bagi laki-laki, khususnya laki-laki Jawa. Karenanya keris tidak pernah luput dipasang di tubuh saat upacara pernikahan. Keris tersebut disematkan di belakang pinggang sebagai representasi sifat orang Jawa yang lemah lembut dan hanya menunjukkan kekuatannya saat terdesak.

6.   TARI SAMAN


Tari Saman merupakan tarian yang berasal dari suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat daerah setempat. Syair yang digunakan dalam tarian Saman menggunakan campuran bahasa Arab dan bahasa Gayo (baca: Makna tari saman dari aceh). Dalam beberapa referensi menyebutkan bahwa tari Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari daerah Gayo di Aceh Tenggara.

Tarian saman termasuk menjadi salah satu tarian yang cukup unik,kerena hanya menampilkan gerak tepuk tangan gerakan-gerakan lainnya tanpa adanya pergeseran dan liak-liuk anggota tubuh lain dan kaki, penamaan dari gerakan pada tarian saman ini ada guncang, kirep, lingang, surang-saring (semua nama gerakan tari saman dalam bahasa Gayo).

Tari Saman dari Gayo Lues dan sekitarnya di Provinsi Aceh resmi diakui dan masuk dalam daftar warisan budaya tak benda yang memerlukan perlindungan mendesak UNESCO, pada Sidang akbar tahunan yang dihadiri lebih dari 500 anggota delegasi dari 69 negara, LSM internasional, pakar budaya dan media di Bali pada 22 – 29 November 2011


Kemudian untuk filosofi pemberian nama Saman sendiri diperoleh dari salah satu cendekiawan Islam terbesar di Aceh yang bernama Syech Saman. Tari Saman biasanya dilakukan dengan menggunakan bantuan alat music berbentuk drum, tangan dan penggunaan suara penari yang harus menepuk dada dan tangan mereka. Keduanya biasanya dikombinasikan dengan menepuk dada dan menampar paha saat para penarinya melakukan sinkronisasi dan menggerakkan tubuh mereka ke arah yang berbeda pada setiap irama.

Tarian saman terus berkembang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kemudian, saat ini, tarian ini telah menjadi acara reguler di lebih banyak festival dan pelantikan negara. Awalnya, tari Saman pada awalnya kurang mendapat perhatian karena komunikasi dan informasi yang terbatas dari dunia luar.

Kemudian, tarian Saman juga pernah dipertunjukkan di atas panggung ketika berada di Pekan Budaya Aceh (PKA) II dan pembukaan resmi Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Awalnya Tari Saman selalu menggemuruh di TMII dan menggemparkan dan juga menggairahkan seluruh nusantara dan banyak negara. Gema Tari Saman benar-benar luar biasa.

7.    REOG PONOROGO

Reog Ponorogo merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang berasal dari daerah Jawa Timur, Reog Ponorogo adalah salah satu kesenian tradisional yang berupa tarian yangsampai saat ini masih terus dijaga kelestariannya oleh masyarakat setempat. Sebagai daerah yang terkenal sebagai kota asal reog ponorogo gerbang kota ini dihiasi oleh dua sosok yang biasanya tampil dalam pertunjukan reog, yaitu sosok Warok dan Gemblak.

Dalam pementasan Reog Ponorogo tidak ada skenario tarian yang pasti dan paten, biasanya seniman reog mementaskan berdasarkan aadegan yang telah dipelajarinya dengan tambahan gerak mengayun-ayunkan bagian kepala reog, kadang kala pementasan reog juga mengikutsertakan para penonton, pemain reog kadangkala berinteraksi dengan penonton, tentu saja dengan selalu memperhatikan intruksi dari pemain dan dalang.

Seni Tari Reog Ponorogo ini berkembang pesat di bagian barat laut wilayah Jawa Timur. Ponorogo sendiri adalah sebuah nama Kota di Jawa Timur. Jadi untuk reog ini sebenarnya adalah cerita rakyat yang berkembang di Kota Ponorogo. Dimana cerita Reog ini mengisahkan tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu. Jadi Ki Ageng Kutu ini adalah seorang abdi kerajaan pada masa Bahre Kertabumi pada abad yang ke-15.

Sejarah Tari Reog Ponorogo

Pada zaman itu Ki Agung Kutu melakukan pemberontakan karena dirinya murak dengan pemerintahan Raja Bahre Kertabumi yang suka korupsi dan sudah berpengaruh kuat oleh istri raja Majapahit dari China. Ki Ageng Kutu pun meninggalkan sang raja dan mendirikan sebuah padepokan bela diri.

Pada saat itu Ki Ageng menyadari bahwa tidak mungkin bisa menang jika hanya mengandalkan kekuatan dari padepokannya saja jika ingin melawan pasukan kerajaan Bahre Kertabumi, maka dari itu beliau berinisiatif untuk mengadakan sebuah pertunjukan seni Reog yang mana hal ini merupakan sebuah siniran untuk mengungguli kepopuleran raja Kertabumi dan kerajaanya.

Adapun untuk Tokoh dari Tari Reog Ponorogo ini ada Barongan (dadak merak), Warok, Klono Sewandono, Bujang Ganong(ganongan). Seni Tari Reog ini memang masih berbau mistik dan ilmu kebatinan karena si penari bisa kerasukan oleh jin

Penari reog ini menggunakan sebuah topeng, sedangka untuk penari utamanya berkepala singa dengan hiasan bulu merak dan beberapa orang penari berkuda lumping.

8.    BATIK

Batik bukan hanya perkara fashion, seni tradisi ini selalu menggambarkan setiap tahapan dalam daur hidup manusia dan kedekatannya dengan Tuhan. Filosofi dalam pola batik merupakan harapan dan doa-doa yang menyebabkan batik selalu dihadirkan dalam berbagai upacara adat masyarakat Jawa.

Batik adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang terkenal di manca negara, setiap orang di Indonesia paling tidak memiliki pakaian batik dalam lemarinya, sebagai persiapan untuk menghadiri berbagai acara-acara formal. Batik sendiri dihasilkan dari cara yang sangat unik yaitu menuliskan lilin panas ke atas kain menggunakan canting. batik sudah dikenal sejak kerajaan majapahit dan terus berkembang hingga saat ini dengan berbagai macam motif dan kreasi.

Bill Gates
 

Dalam sebuah helai kain batik, motif tersebut dihiasi dengan warna-warna alam yang cantik. Ada warna alam yang lembut, bahkan dalam perkembangannya, warnanya cenderung kontras dan cerah. Pola batik ini terkesan berantakan. Namun jika sudah diwarnai, apalagi sudah dijahit dalam bentuk busana, kain batik akan tampak elegan dipandang.

Dalam sebuah helai kain batik, ada filosofi yang menjadi pelajaran dan bisa dimaknai dalam sebuah kehidupan:

Ketekunan dan Keuletan Perajin Ketika Menyanting

Cantingan tak selesai dalam waktu sehari, bahkan ada yang sampai berbulan-bulan untuk motif yang rumit seperti tiga negeri. Kendati rumit, para perajin sangat menikmati proses ini.

Hasil dari mencanting hingga proses mewarnai ini, terciptalah sehelai kain batik yang indah nan menawan. Sikap para perajin batik ini bisa diaplikasikan dalam menjalankan tugas, dimana dalam menjalankan tugas harus ulet dan telaten, sehingga menghasilkan sebuah pekerjaan yang memuaskan.

Motif Batik yang Sangat Banyak Menunjukkan Keberagaman Budaya di Indonesia

Keberagaman motif batik tersebut bukannya menjadikan kualitas batik semakin rendah, namun justru semakin tinggi. Dalam sebuah helai kain batik, bahkan kerap ada perpaduan corak.

Misalkan motif sekar jagad dipadukan dengan motif parang rusak atau pring sedapur. Perpaduan motif ini menjadikan batik semakin indah. Filosofi dari paduan batik ini adalah, perbedaan yang ada dalam kehidupan masyarakat kita, seharusnya menjadikan suasana semakin harmonis.

Perbedaan bukanlah senjata untuk bersengketa dan memisahkan diri dengan suku atau golongan lainnya. Atau pun berselisih dan berkonflik atas nama agama. Perbedaan yang ada di nusantara itu seharusnya menjadikan kita saling menghargai dan menghormati.

Dalam Sehelai Kain Batik, Tercermin Karakter yang Menunjukkan Kepribadian Bangsa

Kita harus bangga menjadi bangsa Indonesia yang memiliki budaya luhur dan sikap ketimuran yang santun. Batik tidak dimiliki oleh negara lain, selain di Indonesia. Batik bahkan sudah menjadi idola penduduk negara di belahan dunia. Selaiknya, masyarakat Indonesia juga menjadi cermin kepribadian bagi bangsa lain.

9.    LAGU RASA SAYANGE

Rasa Sayange adalah sebuah lagu daerah dari Indonesia timur tepatnya provinsi Maluku. Lagu ini telah dinyanyikan secara turun temurun oleh masyarakat Maluku. Lagu Rasa Sayange mengungkap rasa sayang terhadap lingkungan.

Makna lagu Rasa Sayange juga menggambarkan sosialisasi dan kebersamaan yang terjadi di tengah masyarakat

·       Sejarah Lagu Rasa Sayange hingga menjadi lagu daerah populer

Terdengar populer di kalangan masyarakat, tak banyak orang yang mengetahui jika pencipta lagu daerah ini adalah Paulus Pea. Sang adik, Edward Pea mengatakan jika setiap mengajar, sang kakak selalu meminta para guru untuk menyanyikan lagu Rasa Sayange di depan murid-murid mereka.

Dilansir dari CNN Indonesia, lagu Rasa Sayange pertama kali direkam pada tahun 1962. Tepatnya di sebuah studio di Solo menggunakan piringan hitam. Fakta menariknya, hingga sekarang rekaman tersebut masih disimpan oleh Perum PNRI Cabang Surakarta.

·       Nasihat Lagu Rasa Sayange yang di dalamnya terkandung banyak makna

Nasihat lagu Rasa Sayange bisa kamu terapkan dalam kehidupan. Pada lagu ini tersirat hubungan sosial serta rasa saling menyayangi yang terjadi dalam lingkungan sekitar. Dalam lagu ini juga terkandung nasihat jika kita harus saling menyayangi sesama termasuk orang-orang yang ada di sekitar kita. Seperti keluarga, tetangga, teman dan lain sebagainya.

Nah, dalam pantun yang terdapat pada liriknya "Kalau ada umur panjang boleh kita bertemu lagi" menggambarkan bahwa selama kita masih diberi kesehatan dan umur yang panjang, sebaiknya kita tetap menjaga hubungan atau tali persaudaraan dengan sesama.

·       Lirik lagu Rasa Sayange yang terdiri dari pantun dan alunan nada yang penuh nasihat

Lagu rasa sayange adalah sebuah lagu khas daerah Maluku untuk menyatakan rasa peduli, kasih, dan sayangnya pada orang dan lingkungan sekitar serta sosial diantara masyarakat secara turun-temurun.

10. UPACARA NGABEN (BALI)

Upacara ngaben dilakukan turun temurun sampai dengan saat ini. Upacara ini bahkan dikenal oleh orang-orang yang ada di luar Pulau Bali. Ngaben ini cukup berbeda dengan perlakuan jenazah pada umumnya. Biasanya jenazah yang sudah meninggal dunia mayatnya akan langsung dikubur. Sebaliknya,jenazah yang ada di Bali akan diantarkan ke tempat peristirahatkan terakhir dengan cara yang megah dan menggunakan banyak iring-iringan.

Bahkan tidak jarang orang-orang Bali yang kurang mampu secara finansial melakuakan Ngaben secara massal agar lebih menghemat biaya. Namun bagi yang berbeda, prosesi upacara ini dilakukan secepatnya. Tidak jarang jasadnya disimpan dulu dirumah untuk menunggu hari baik dilakukan upacara.

Ngaben adalah proses pembakaran mayat atau kremasi untuk penganut Hindu Bali. Riutal pembakaran mayat menjadi simbol unutk menyucikan roh orang-orang yang suah meninggal dunia.

Ada tiga pendapat arti dari Ngaben. Ada yang meyakini bahwa Ngaben berasla dari kat aeya yang artinya bekal. Lalu, ada juga yang mengartikan bahwa kata itu berasal dari kata ngabu atau menjadi abu. Ada juga berpendapat bahwa ngaben artinya penyucian dengan menggunakan api. Setidaknya itulah keyakinan menurut agama Hindu.

Prosesi ini termasuk ke dalam Pitra Yadyana atau upacara yang bertujuan untuk menghormati roh para leluhur. Yang uunuk dari upacara Ngaben ini yaitu tidak akan ada isak tangis melainkan justru dilaksanakan secara semarak. Ini karena ada keyakinan bahwa keluarga yang ditinggalkan dilarang menangisi kematian seseorang, sebab hal itu bisa menghambat sang arwah menuju alam barkah.

Tujuan Upacara Ngaben

Setidaknya ada 3 tujuan utama dari Upacara Ngaben khas Bali. Tujuan utamanya yaitu mensucikan roh umat Hindu yang sudah meninggal dunia dan mempercepat kembalinya jasad ke alam asalnya.

Tujuannya ini berdasarkan pada kitab suci veda samhita atau isi dari yajurveda. Tersurat bahwa setiap orang hindu yang meninggal dunia wajib dijadikan lagi sebagai abu agar atma bisa mencapai moksa/sorga.

Tujuan kedua yaitu mengembalikan Panca Maha Bhuta. Panca Maha Bhuta sendiri merupakan unsur- unsur yang membentuk badan kasar manusia. Ini karena masyarakat Hindu Bali meyakini bahwa badan manusia memang terdirri dari badan kasar serta badan halus. Badan kasar hanyalah raga yang menjadi tempat persinggahan pada roh yang jika sudah meninggal maka roh halus segera kembali kepada sang pencipta.

Sedangkan badan kasar itu juga terdiri dari unsur-unsur seperti unsur pertiwi/unsur yang padat semacam tulang,daging dan kuku. Ada juga unsur yaitu unsur berbentuk cair kemudian unsur bayu atau unsur udara serta unsur panas. Unsru akasa/ether merupakan segala sesuatu yang memunculkan rongga pada tubuh manusia lewat keberadaanya.

Tujuan upacara ngaben lainnya yaitu sebagai bentuk rasa ikhlas dari keluarga yang ditinggalkan oleh seseorang. Proses upacara Ngaben bisa dianggap sebagai bentuk keikhlasan untuk melepaskan anggota keluarga yang sudah lebih dulu meninggalkan dunia. Dengan ritual ini, maka sudah tidak ada lagi kesedihan dan air mata yang meghiasi wajah keluarga yang ditinggalkan.

0 Response to "10 Hasil Budaya Indonesia"

Tugas

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel