-->

Ilmu Sosial Dasar

Ilmu Sosial Dasar
Masyarakat

Perkembangan Sastra Era 90-an

 

Perkembangan Sastra era 90-an



Angkatan 90-an

Sebetulnya pada angkatan 90 ini belum benar-benar dikatakan sebagai angkatan, namun karena banyak pengarang yang menciptakan suatu karya-karya pada tahun 90an disebutkan bahwa adanya angkatan 90 itu. Generasi 1990-an memang hanya menjadi pencatat peristiwa-peristiwa ketika fenomena “di luar” tengah diterjang badai kesemarakan beragama, sempitnya ruang artikulasi publik dan lahirnya generasi yang gamang, para penyair mengusung peristiwa “luar” itu ke dalam kamar puisinya. Maka sangat tidak mungkin menciptakan sebuah angkatan tanpa adanya perambahan estetika dari sebuah generasi yang selalu mengklaim dirinya menjaga wilayah kata-kata.

  Di samping menampilkan sanjak-sanjak peduli bangsa (istilah yang diusung rubrik budaya Republika) dan karya-karya reformasi yang anti penindasan, gandrung keadilan, berbahasa kebenaran, muncul pula fenomena kesetaraan gender yang mengarah ke woman libs sebagaimana tercermin dalam karya-karya Ayu Utami dari Komunitas Sastra/Teater Utan Kayu, Jenar Mahesa Ayu, Dewi Lestari. Pada era yang bersamaan berkibar bendera Forum Lingkar Pena (FLP) dengan tokohnya HTR (Helvy Tiana Rosa) yang berobsesi mengusung Sastra Pencerahan, Menulis Bisa Bikin Kaya.

Munculnya angkatan reformasi ini ditandai dengan maraknya karya sastra seperti puisi,cerpen maupun novel yang bertema sosial-politik dan seputar reformasi.

Ciri-Ciri Angkatan 90an :

1.    Kecenderungan dominan dari penyairnya

2.    Semakin banyak karya-karya sastra yang diterbitkan tanpa ketakutan apapun

3.    Ditandai dengan banyaknya roman percintaan

4.    Mulai memunculkan masalah gender

5.    Mulai muncul Sastrawan Wanita 


Angkatan reformasi

Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya sastra yang bertemukan seputar reformasi. Sastrawan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru


Sejarah Angkatan Reformasi

Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke B.J Habibie lalu K.H Abdurahman Wahid (Gus Dur) muncul wancana tentang sastrawan reformasi (akhir tahun 1990-an).munculnya angkatan ini ditandai dengan  maraknya karya sastra puisi, cerpen maupun novel, yang bertemakan sosial dan politik,khususnya seputar reformasi.

Sastrawan reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Peristiwa reformasi 1998 banyak melatar belakangi kelahiran karya sastra seperti puisi,cerpen dan novel


Tokoh Sastra pada era 90-an

Ayu Utami, saya memilih Ayu Utami karena menurut saya Ayu Utami adalah tokoh yang paling poluer pada angkatan 90an dengan karyanya Saman diantaranya yang memenangkan saymebara penulisan roman

Novel Saman karya Ayu Utami

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap novel Saman karya Ayu Utami mengenai emosional tokoh Saman diperoleh hasil sebagai berikut. Tokoh Saman dalam novel Saman karya Ayu Utami memiliki berbagai unsurunsur emosional yang kuat dalam dirinya. Dalam kehidupannya ia banyak mengalami berbagai permasalahan, permasalahan tersebut mengakibatkan Saman mengalami perkembangan emosional yang tidak mudah. Tekanan –tekanan permasalahan di lingkungan dimana dia berada menyebabkan Saman terkadang marah, sedih, benci, cinta, dan terkadang Saman merasa bersalah. Emosional tersebut terdapat dalam novel Saman karya Ayu Utami.

Selain itu Saman juga di gambarkan dalam pencertiaannya sebagai orang yang sangat religius, pekerja keras dan lebih mementingkan kepentingan bersama. Saman yang mengganti namanya yang sebelumnya bernama lengkap Athanasius Wisanggeni. Wis, begitulah ia biasa dipanggil. Wis beragama katolik dan ia mengabdikan dirinya sebagai pastor. Wis, sangat menginginkan ditugaskan di Perabumulih, suatu tempat masa kecilnya dimana ia dilahirkan juga tempat yang menyimpan banyak misteri di dalamnya. Akan tetapi, Wis tidak diizinkan jika hanya berlibur di sana. Wisanggeni ditugaskan sebagai Pator paroki Parid yang melayani kota kecil Perabumulih dan Karang Endah, wilayah keuskupan Palembang.

Sebelum sampai di tempat itu, ia berkesempatan mengunjungi bekas rumahnya dahulu 10 tahun silam. Setelah beberapa kali ia berkunjung ke bekas 57 58 rumahnya itu, ia akhirnya diizinkan tinggal di tempat itu oleh pemilik rumah yang baru. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis emosional tokoh

Saman dalam novel Saman karya Ayu Utami dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1.  bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini semoga dapat memperluas cakrawala peneliti tentang sastra.

2.   bagi pembaca, dapat meningkatkan pemahaman dan memberikan penilaian terhadap sebuah karya sastra khususnya novel.

3.   peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian terhadap novel Saman kara Ayu Utami ini dengan aspek yang berbeda atau aspek yang sama dengan novel yang berbeda

Novel Larung karya Ayu Utami

Kehadiran novel Saman dan Larung tampaknya menjadi pencetus bagi kemunculan karya-karya senada yangdihasilkan oleh pengarang perempuan tentang feminisme. Kecenderungan seksualitas pada Shakuntala adalah representasi dari kehidupan psikologis masa kecilnya. Traumatis psikologis yang dialaminya pada masa kecil berdampak kepada perilaku seksualnya seteladh dewasa yakni bagaimana menikmati seks sebagai perempuan dan sekaligus sebagai lelaki. Sementara seksualitas pada tokoh Cok tidak berbeda dengan Shakuntala yaitu sama-sama berkaitann dengan masa lau. Misalnya dorongan hasrat seksual yang sulit dikendalikan sejak masa remaja. Cok digambarkan sebagai tokoh perempuan yang paling berpengalaman dalam melakukan hubungan seks.

Jika Cok terbuka mengakui semua hubungan intimnya dengan para lelaki, tidak demikian dengan Yasmin Moningka. Yasmin berusaha menyimpan dorongan seksualnya terhadap mitra jenis. Berbeda antara Cok dan Yasmin, Laila dengan Shakuntala pada akhirnya merupakan relasi hubungan yang bersifat saling membutuhkan. Ketika Shakuntala mengetahui Laila akan menemui Sihar, ia berusaha “menciptakan” Laila yang baru dan mengajarkan pada sahabatnya bagaimana menikmati hubungan dengan tubuhnya.


Tokoh Sastra pada era Reformasi

Wiji Thukul, saya memilih Wiji Tukul karena menurut saya dia adalah tokoh sastra yang paling terkenal pada masa reformasi, dengan kritik dan masukan untuk para pejabat melalui syair dan puisinya membuat Wiji Tukul menghilang sampai sekarang.

Teriakannya masih terdengar hingga kini. “Maka hanya ada satu kata: lawan!” terdengar di jalanan aspal perkotaan, bergema di antara gedung-gedung bertingkat, meski keberadaannya masih menjadi misteri.

Wiji Thukul, melalui kehidupan yang penuh keterbatasan, namun kemerdekaannya tak pernah berhasil dibungkam. Suaranya masih lantang terdengar hingga kini. Mungkin ia telah tiada, namun karya dan perjuangannya tak akan pernah padam.


Wiji Thukul merupakan penyair sekaligus aktivis yang ikut melawan penindasan rezim orde baru. Widji Thukul dikenal dengan karya-karya yang kritis dan menyentil pemerintahan orde baru. Wiji Thukul kerap menyuarakan perlawanan lewat karya-karya puisinya. Pada era orde baru tersebut, kritik lewat puisi sudah dianggap merujuk pada pemberontakan.

Orang-orang yang vokal dengan gagasan demokrasi substansi sapat dianggap berbahaya bagi ketertiban umum. Kemudian pada 27 Juli 1996 terjadi kerusuhan dengan melibatkan Partai Rakyat Demoratik (PRD) yang melawan peraturan perundangan saat itu Di mana ditetapkan bahwa hanya ada 3 partai yang diakui Negara. Setelah itu, PRD dan beberapa penggagasnya ditangkap serta dijadikan buron dengan tuduhan menciptakan kerusuhan dan ingin menggulingkan pemerintahan.

Semenjak Juli 1996, Wiji Thukul berpindah-pindah keluar masuk daerah dari kota satu ke kota yang lain untuk bersembunyi dari kejaran aparat. Pada 1998 Widji Thukul tak diketahui lagi nasibnya hingga saat ini. Meski menjalani pelarian dengan penuh ketakutan, Widji Thukul tetap menorehkan karya-karya kritisnya lewat puisi dan cerpen. Banyak kata-kata Wiji Thukul yang bisa dikatakan masih abadi hingga sekarang, terutama pusi-pusinya.



Kini ia tak dimengerti keberadaannya, namun teriakan dan puisi-puisinya masih tetap hidup menjadi sebuah ancaman bagi pemerintah zalim. Ia tidak melakukan tindakan kriminal atau merusak negara, ia hanya menyuarakan kemanusiaan dan keadilan, namun hak bicaranya dibungkam dan dibuat mati.

Karya dari Wiji Thukul

Kata-kata dalam puisi Thukul memberikan penafsiran berbeda tentang puisi. Jika seni diartikan sebagai keindahan, maka seni sastra dalam definisi seorang Wiji Thukul, mana bisa diartikan sebagai keindahan?

Hidupnya dipenuhi dengan berbagai kepahitan. Dimulai latar belakangya yang hanya bagian dari kaum marginal, sampai aktivitasnya yang dipenuhi dengan getirnya memperjuangkan keadilan dan melawan kotornya kezaliman penguasa.

Gaya bahasa dalam puisi Thukul sama sekali tak mengandung keindahan kata-kata kiasan dan majas perumpamaan. Ia mengupas realitas sosial rakyat pinggiran melalui puisinya, dan tidak mungkin diekspresikan dengan diksi-diksi penuh majas nan romantis.

Dengan bahasa yang sederhana, Thukul menginginkan semua orang dari kalangan intelek maupun proletar bisa memahaminya secara jelas. Dengan bahasa yang sederhana, puisi-puisinya masih tetap digaungkan sampai sekarang seolah menjadi semacam kutukan bagi penguasa zalim.

Dalam sajaknya, ia katakan:

Waktu aku jadi buronan politik
karena bergabung dengan Partai Rakyat Demokratik
namaku diumumkan di koran-koran
rumahku digrebek – biniku diteror
dipanggil Koramil diinterogasi diintimidasi
(anakku –4 th—melihatnya!)
masihkah kau membutuhkan perumpamaan
untuk mengatakan : AKU TIDAK MERDEKA

 

Jakarta, 1 Nopember 1997


Ada tiga sajak Thukul yang populer dan menjadi sajak wajib dalam aksi-aksi massa, yaitu Peringatan, Sajak Suara, dan Bunga dan Tembok (ketiganya ada dalam antologi "Mencari Tanah Lapang" yang diterbitkan oleh Manus Amici, Belanda, pada 1994. Tapi, sesungguhnya antologi tersebut diterbitkan oleh kerjasama KITLV dan penerbit Hasta Mitra, Jakarta.

Beberapa kumpulan puisinya : 

·        - Puisi Pelo dan Darman dan lain-lain

·        - Puisi: Bunga dan Tembok

·        - Puisi: Peringatan

·        - Puisi: Kesaksian


Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu

Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu 

apa guna punya ilmu
kalau hanya untuk mengibuli
apa gunanya banyak baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu
di mana-mana moncong senjata
berdiri gagah
kongkalikong
dengan kaum cukong
di desa-desa
rakyat dipaksa
menjual tanah
tapi, tapi, tapi, tapi
dengan harga murah
apa guna banyak baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu

Prestasi dan Penghargaan Wiji Thukul

·   1989, ia diundang membaca puisi di Kedubes Jerman di Jakarta oleh Goethe Institut.

· 1991, ia tampil ngamen puisi pada Pasar Malam Puisi (Erasmus Huis; Pusat Kebudayaan Belanda,Jakarta).

·  1991, ia memperoleh Wertheim Encourage Award yang diberikan Wertheim Stichting, Belanda, bersama WS Rendra.

·     2002, dianugerahi penghargaan "Yap Thiam Hien Award 2002"

·     2002, sebuah film dokumenter tentang Widji Thukul dibuat oleh Tinuk Yampolsky.

 

Kata – Kata terkenal dari seorang Wiji Thukul

1.      "Bila rakyat tidak berani mengeluh itu artinya sudah gawat, dan bila omongan penguasa tidak boleh dibantah kebenaran pasti terancam."

2.  "Apa guna punya ilmu tinggi kalau hanya untuk mengibuli, apa guna banyak baca buku kalau mulut kau bungkam melulu."

3.  "Apabila usul ditolak tanpa ditimbang, suara dibungkam, kritik dilarang tanpa alasan, dituduh subversif dan mengganggu keamanan, maka hanya ada satu kata: lawan!"

4.  "Puisiku bukan puisi tapi kata-kata gelap yang berkeringat dan berdesakan mencari jalan. Ia tak mati-mati meski bola mataku diganti."

5.  "Kamu calon konglomerat ya? kamu harus rajin belajar dan membaca, tapi jangan ditelan sendiri. berbagilah dengan teman-teman yang tak dapat pendidikan."

6.   "Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan, disana bersemayam kemerdekaan, apabila engkau memaksa diam, aku siapkan untukmu pemberontakan!"

7.  "Jika kau menghamba kepada ketakutankita memperpanjang barisan perbudakan."

8.  "Aku berpikir tentang gerakan tapi mana mungkin kalau diam?"

9.  "Aku bukan artis pembuat berita tapi memang aku selalu kabar buruk buat para penguasa."


Daftar Pustaka:

https://gasbanter.com/biografi-wiji-thukul/

https://gasbanter.com/kumpulan-puisi-wiji-thukul/

http://cigemblongindah.blogspot.com/2017/04/makalah-sejarah-sastra-angkatan-90an.html

https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2017/05/profil-widji-thukul-sastrawan-dan-aktivis-hak-asasi-manusia.html

https://dokumen.tips/documents/angkatan-90.html

https://bahasadansastraportal.wordpress.com/2018/04/08/kajian-feminisme-novel-larung-karya-ayu-utami/

 

0 Response to "Perkembangan Sastra Era 90-an"

Tugas

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel